meter persegi);Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum tersebut maka Pengadilanakan mempertimbangkan petitumpetitum Para Pemohon sebagai berikut;Pertimbangan agar Pengadilan menetapkan Catur Puji Septiawan telahnyata meninggal dunia pada tanggal 15 Juli 2018;Menimbang, bahwa terhadap petitum permohonan Para Pemohon ini,maka oleh Pengadilan akan dipertimbangkan sebagai berikut;Bahwa kematian seseorang atau muwarits menurut ulama dibedakanmenjadi 3 (tiga) macam yaitu Mati Hakiki, Mati Hukmi dan Mati Taqdiri

SementaraMati Taqdiri adalah anggapan atau perkiraan bahwa seseorang telahmeninggal dunia. Misalnya seseorang yang diketahui ikut berperang atausecara lahiriyah diduga dapat mengancam keselamatan dirinya, setelahbeberapa tahun, ternyata tidak diketahui kabar beritanya dan patut didugaHalaman 12 dari 19 halaman.

., M.Si binSandeng telah nyata meninggal dunia pada tanggal 2 Desember 2012;Menimbang, bahwa terhadap petitum permohonan Pemohon ini, makaoleh Pengadilan akan dipertimbangkan sebagai berikut; Bahwa kematian seseorang atau muwarits menurut ulama dibedakanmenjadi 3 (tiga) macam yaitu Mati Hakiki, Mati Hukmi dan Mati Taqdiri; Bahwa Mati Hakiki (Mati Sejati) adalah kematian seseorang yang dapatdiketahui tanpa harus melalui pembuktian.

Penetapan Nomor 52/Pdt.P/2019/PA.PlpMati Taqdiri adalah anggapan atau perkiraan bahwa seseorang telahmeninggal dunia.

Penetapan Nomor 37/Pdt.P/2019/PA.PlpPertimbangan agar Pengadilan menetapkan Andi Anto Echa bin Taslimtelah nyata meninggal dunia pada tanggal 21 Januari 2019;Menimbang, bahwa terhadap petitum permohonan Pemohon ini, makaoleh Pengadilan akan dipertimbangkan sebagai berikut; Bahwa kematian seseorang atau muwarits menurut ulama dibedakanmenjadi 3 (tiga) macam yaitu Mati Hakiki, Mati Hukmi dan Mati Taqdiri; Bahwa Mati Hakiki (Mati Sejati) adalah kematian seseorang yang dapatdiketahui tanpa harus melalui

SementaraMati Taqdiri adalah anggapan atau perkiraan bahwa seseorang telahmeninggal dunia.

Siwata telah meninggal dunia pada tanggal 28 Oktober 2017 dan YasriYusuf bin Yusuf telah meninggal dunia pada tanggal 15 Desember 2018;Menimbang, bahwa terhadap petitum permohonan Para Pemohon ini,maka oleh Pengadilan akan dipertimbangkan sebagai berikut;Bahwa kematian seseorang atau muwarits menurut ulama dibedakanmenjadi 3 (tiga) macam yaitu Mati Hakiki, Mati Hukmi dan Mati Taqdiri;Bahwa Mati Hakiki (Mati Sejati) adalah kematian seseorang yang dapatdiketahui tanpa harus melalui pembuktian.

SementaraMati Taqdiri adalah anggapan atau perkiraan bahwa seseorang telahmeninggal dunia. Misalnya seseorang yang diketahui ikut berperang atausecara lahiriyah diduga dapat mengancam keselamatan dirinya, setelahHalaman 15 dari 22 halaman.

Dewi Yahya bintiLasangka telah nyata meninggal dunia pada tanggal 5 April 2018;Menimbang, bahwa terhadap petitum permohonan Pemohon ini, makaoleh Pengadilan akan dipertimbangkan sebagai berikut;Bahwa kematian seseorang atau muwarits menurut ulama dibedakanmenjadi 3 (tiga) macam yaitu Mati Hakiki, Mati Hukmi dan Mati Taqdiri;Bahwa Mati Hakiki (Mati Sejati) adalah kematian seseorang yang dapatdiketahui tanpa harus melalui pembuktian.

SementaraMati Taqdiri adalah anggapan atau perkiraan bahwa seseorang telahmeninggal dunia.

Bahwa Hukum Islam telah menentukan rukun kewarisan yaitu adanyaorang yang mewariskan, adanya ahli waris dan adanya harta warisanyang ditinggalkan, sedangkan mengenai ketentuan syarat terjadinyaperistiwa hukum berupa hak mewarisi, para Pakar Hukum Islammemberikan syarat yaitu, pertama, terbukti secara yuridis (hukum) atausecara taqdiri (berdasarkan perkiraan) orang yang mewariskan (pewaris)telah meninggal dunia, kedua, terbukti secara yuridis (hukum) atausecara tagdiri (berdasarkan perkiraan) ahli

mengatur siapasiapasaja yang berhak menjadi ahli waris, apa saja rukun, syarat dansebabnya dan apa saja yang menjadi penghalang seseorang menjadiahli waris dari si mayyit;Bahwa Hukum Islam telah menentukan rukun kewarisan yaitu adanyaorang yang mewariskan, adanya ahli waris dan adanya harta warisanyang ditinggalkan, sedangkan mengenai ketentuan syarat terjadinyaperistiwa hukum berupa hak mewarisi, para Pakar Hukum Islammemberikan syarat yaitu, pertama, terbukti secara yuridis (hukum) atausecara taqdiri

Bahwa Hukum Islam telah menentukan rukun kewarisan yaitu adanyaorang yang mewariskan, adanya ahli waris dan adanya harta warisanyang ditinggalkan, sedangkan mengenai ketentuan syarat terjadinyaperistiwa hukum berupa hak mewarisi, para Pakar Hukum Islammemberikan syarat yaitu, pertama, terbukti secara yuridis (hukum) atausecara taqdiri (berdasarkan perkiraan) orang yang mewariskan (pewaris)telah meninggal dunia, kedua, terbukti secara yuridis (hukum) atausecara tagdiri (berdasarkan perkiraan) ahli

Bahwa Hukum Islam telah menentukan rukun kewarisan yaituadanya orang yang mewariskan, adanya ahli waris dan adanya hartawarisan yang ditinggalkan, sedangkan mengenai ketentuan syaratterjadinya peristiwa hukum berupa hak mewarisi, para Pakar HukumIslam memberikan syarat yaitu, pertama, terbukti Secara yuridis (hukum)atau secara taqdiri (berdasarkan perkiraan) orang yang mewariskan(pewaris) telah meninggal dunia, kedua, terbukti secara yuridis (nukum)atau secara tagdiri (berdasarkan perkiraan) ahli

mengatur siapasiapasaja yang berhak menjadi ahli waris, apa saja rukun, syarat dansebabnya dan apa saja yang menjadi penghalang seseorang menjadiahli waris dari si mayyit;Bahwa Hukum Islam telah menentukan rukun kewarisan yaitu adanyaorang yang mewariskan, adanya ahli waris dan adanya harta warisanyang ditinggalkan, sedangkan mengenai ketentuan syarat terjadinyaperistiwa hukum berupa hak mewarisi, para Pakar Hukum Islammemberikan syarat yaitu, pertama, terbukti secara yuridis (hukum) atausecara taqdiri

Bahwa Hukum Islam telah menentukan rukun kewarisan yaitu adanyaorang yang mewariskan, adanya ahli waris dan adanya harta warisanyang ditinggalkan, sedangkan mengenai ketentuan syarat terjadinyaperistiwa hukum berupa hak mewarisi, para Pakar Hukum Islammemberikan syarat yaitu, pertama, terobukti secara yuridis (hukum) atausecara taqdiri (berdasarkan perkiraan) orang yang mewariskan (pewaris)telah meninggal dunia, kedua, terbukti secara yuridis (hukum) atausecara tagdiri (berdasarkan perkiraan) ahli

Bahwa Hukum Islam telah menentukan rukun kewarisan yaitu adanyaorang yang mewariskan, adanya ahli waris dan adanya harta warisanyang ditinggalkan, sedangkan mengenai ketentuan syarat terjadinyaperistiwa hukum berupa hak mewarisi, para Pakar Hukum Islammemberikan syarat yaitu, pertama, terobukti secara yuridis (hukum) atausecara taqdiri (berdasarkan perkiraan) orang yang mewariskan (pewaris)telah meninggal dunia, kedua, terbukti secara yuridis (hukum) atausecara tagdiri (berdasarkan perkiraan) ahli

Bahwa Hukum Islam telah menentukan rukun kewarisan yaitu adanyaorang yang mewariskan, adanya ahli waris dan adanya harta warisanyang ditinggalkan, sedangkan mengenai ketentuan syarat terjadinyaperistiwa hukum berupa hak mewarisi, para Pakar Hukum Islammemberikan syarat yaitu, pertama, terbukti secara yuridis (nhukum) atausecara taqdiri (berdasarkan perkiraan) orang yang mewariskan (pewaris)telah meninggal dunia, kedua, terbukti secara yuridis (hukum) atausecara tagdiri (berdasarkan perkiraan) ahli

Bahwa Hukum Islam telah menentukan rukun kewarisan yaitu adanyaorang yang mewariskan, adanya ahli waris dan adanya harta warisanyang ditinggalkan, sedangkan mengenai ketentuan syarat terjadinyaperistiwa hukum berupa hak mewarisi, para Pakar Hukum Islammemberikan syarat yaitu, pertama, terbukti secara yuridis (hukum) atausecara taqdiri (berdasarkan perkiraan) orang yang mewariskan (pewaris)telah meninggal dunia, kedua, terbukti secara yuridis (hukum) atausecara tagdiri (berdasarkan perkiraan) ahli

Bahwa Hukum Islam telah menentukan rukun kewarisan yaitu adanyaorang yang mewariskan, adanya ahli waris dan adanya harta warisanyang ditinggalkan, sedangkan mengenai ketentuan syarat terjadinyaperistiwa hukum berupa hak mewarisi, para Pakar Hukum Islammemberikan syarat yaitu, pertama, terbukti secara yuridis (hukum) atausecara taqdiri (berdasarkan perkiraan) orang yang mewariskan (pewaris)telah meninggal dunia, kedua, terbukti secara yuridis (hukum) atausecara tagdiri (berdasarkan perkiraan) ahli

Bahwa Hukum Islam telah menentukan rukun kewarisan yaitu adanyaorang yang mewariskan, adanya ahli waris dan adanya harta warisanyang ditinggalkan, sedangkan mengenai ketentuan syarat terjadinyaperistiwa hukum berupa hak mewarisi, para Pakar Hukum Islammemberikan syarat yaitu, pertama, terbukti secara yuridis (hukum) atausecara taqdiri (berdasarkan perkiraan) orang yang mewariskan (pewaris)telah meninggal dunia, kedua, terbukti secara yuridis (hukum) atausecara tagdiri (berdasarkan perkiraan) ahli

mengatur siapasiapasaja yang berhak menjadi ahli waris, apa saja rukun, syarat dansebabnya dan apa saja yang menjadi penghalang seseorang menjadiahli waris dari si mayyit;Bahwa Hukum Islam telah menentukan rukun kewarisan yaitu adanyaorang yang mewariskan, adanya ahli waris dan adanya harta warisanyang ditinggalkan, sedangkan mengenai ketentuan syarat terjadinyaperistiwa hukum berupa hak mewarisi, para Pakar Hukum Islammemberikan syarat yaitu, pertama, terobukti secara yuridis (hukum) atausecara taqdiri

Bahwa Hukum Islam telah menentukan rukun kewarisan yaitu adanyaorang yang mewariskan, adanya ahli waris dan adanya harta warisanyang ditinggalkan, sedangkan mengenai ketentuan syarat terjadinyaperistiwa hukum berupa hak mewarisi, para Pakar Hukum Islammemberikan syarat yaitu, pertama, terbukti secara yuridis (hukum) atausecara taqdiri (berdasarkan perkiraan) orang yang mewariskan (pewaris)telah meninggal dunia, kedua, terbukti secara yuridis (hukum) atausecara tagdiri (berdasarkan perkiraan) ahli