Ditemukan 295 data
1931 — 3097 — Berkekuatan Hukum Tetap
No.57 PK/PID/2015tindakan pembunuhan yang dilakukan terhadap korban DedySetiawan dan Tri Daryanto adalah concursus idealis, sebagaimanadimaksud dalam Pasal 63 KUHP, yaitu :(1) Kalau sesuatu perbuatan termasuk dalam lebih dari satuketentuan pidana, maka hanyalah satu saja dari ketentuanketentuan itu yang dipakai; jika pidana berlainan, maka yangdipakai ialah ketentuan yang terberat pidana pokoknya;(2) Kalau bagi sesuatu perbuatan yang dapat dipidana karenaketentuan pidana umum, ada ketentuan pidana
idealis ini diatur dalam Pasal 63 ayat (1) KUHP, yaitu:Kalau sesuatu perbuatan termasuk dalam lebih dari satuketentuan pidana, maka hanyalah satu saja dari ketentuanketentuan itu yang dipakai; jika pidana berlain, maka yangdipakai ialah ketentuan yang terberat pidana pokoknya.Gabungan satu perbuatan (concursus idealis) menurut Pasal 63ini adalah melakukan suatu perbuatan yang di dalamnyatermasuk beberapa ketentuan pidana yang tidak dapat dipisahpisahkan antara yang satu tanpa menghapuskan yang lain
No.57 PK/PID/2015dari concursus idealis dapat diketahui bahwa dalam concursusidealis ini menganut sistem pemidanaan absorbsi ataupenyerapan. Dalam absorbsi ini pidana yang dijatunkan bagiseseorang yang telah melakukan gabungan tindak pidana yaituhanyalah satu jenis hukuman. Dimana hukuman tersebutseakanakan menyerap semua hukumanhukuman yang lainyang diancamkan kepada orang tersebut. Pada umumnyahukuman yang dimaksud adalah hukuman yang terberat diantara hukumanhukuman lain yang diancamkan.
Bahwa, dua perbuatan yang dilakukan oleh pemohon adalah samaatau sejenis dan jangka waktu antara perbuatan yang satu denganyang lainnya tidak boleh terlalu lama serta dilakukan ditempat danwaktu yang bersamaan, maka dengan memperhatikan uraian di atas,maka dipandang perbuatan yang dilakukan oleh pemohon adalahconcursus idealis sehingga tidak dapat dijatuhi hukuman sendirisendiri;Hal. 13 dari 17 hal. Put. No.57 PK/PID/201511.
Bahwa, penerapan concursus idealis tersebut dapat dilihat puladalam putusan atas nama Terdakwa Sri Gogo Anggoro dan Iskandaryang telah melakukan pembunuhan terhadap dr. Aryo di Hotel AlamIndah Semarang pada tahun 2008 dan untuk menghilangkanjejak/saksi setelah membunuh dr. Aryo kemudian keduanyamelakukan pembunuhan terhadap sopir dr.
1420 — 1291
pidananyaberbedabeda, maka yang dikenakan adalah yang memuat ancaman pidanapokok yang berat.Bahwa Pasal 63 KUHP mengatur tentang concursus idealissebagaimana diatur dalam Pasal 63 KUHP yang berarti terjadi satuperistiwa pidana sekaligus mencakup atau mengenai lebih dari satu(beberapa) pasal peraturan pidana,Selanjutnya M Yahya Harahap menjelaskan : bertitik tolak dari ketentuan Pasal 63 ayat 1 dan Pasal 65 KUHP dimaksud; System penghukuman yang mesti diterapbkan dalam perkara yangmengandung concursus idealis
dan concursus realis yang ancamanhukuman pokoknya sejenis adalah secara absorbsiHalaman 7 dari 23 Putusan Sela Nomor 84/Pid.Sus/2017/PN Tpge Pada concursus idealis diterapbkan penghukuman absorbs murnimenjatuhkan hukuman berdasar ancaman hukuman tindak pidanayang terberat.e Sedang pada concursus realis yang ancaman pokoknya sejenisditerapkan penghukuman absorbs yang dipertajam dengan jalanmenjatuhnkan hukuman berdasar ancaman tindak pidana yanghukuman pokoknya terberat + 1/3.
Dengan demikian hukuman yang boleh dijatuhkan dalam peristiwaconcursus idealis antara tindak pidana ekonomi dengan aturan tindakpidana lain atau antara concursus realis tindak pidana ekonomi dengantindak pidana lain yang ancaman hukuman pokoknya sejenis, hanyasatu saja hukuman yang boleh dijatunkan kepada terdakwa.
Gabungan satu perbuatan (concursus idealis) pasal 63;2. Perbuatan yang berkelanjutan (yang diteruskan) pasal 64;3.
dan concursus realis yang ancamanhukuman pokoknya sejenis adalah secara absorbsie Pada concursus idealis diterapkan penghukuman absorbsi murnimenjatuhkan hukuman berdasar ancaman hukuman tindak pidanayang terberat.e Sedang pada concursus realis yang ancaman pokoknya sejenisditerapkan penghukuman absorbs yang dipertajam dengan jalanmenjatunkan hukuman berdasar ancaman tindak pidana yanghukuman pokoknya terberat + 1/3.Sehingga dengan demikian cara pemidanaan dalam peristiwaconcursus idealis adalah
732 — 877 — Berkekuatan Hukum Tetap
No. 236 PK/Pid.Sus/201116KUHP tentang concursus idealis atau perbarengan peraturan,berdasarkan alasanalasan sebagai berikut :Bahwa perumusan tindak pidanatindak pidana narkotika dalam UU RINomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bab XV bersifat sangat luas dansatu tindak pidana dapat termasuk juga dalam rumusan tindak pidanayang lain (all embracing). Dengan demikian maka suatu perbuatan yangtelah memenuhi rumusan suatu tindak pidana narkotika dapat pulamemenuhi rumusan tindak pidana yang lain.
;Bahwa sifat all embracing tersebut dalam asasasas dan ilmu hukumpidana menyebabkan terjadinya concursus idealis atau perbarenganperaturan. Menurut ketentuan Pasal 63 ayat (1) KUHP apabila suatuperbuatan memenuhi lebih dari satu aturan pidana sebagaimana ilustrasidi atas, maka hanya dikenakan satu aturan yang memuat ancamanpidana paling berat.
Karena ada ketentuan tentang concursus idealistersebut di atas maka Penuntut Umum dan juga pengadilan tidak dapatdan tidak boleh melakukan penuntutan dan menjatuhkan pidana untuksemua rumusan tindak pidana yang rumusannya dipenuhi oleh perbuatantersebut;Rangkaian perbuatan yang dilakukan Pemohon memenuhi semua syaratuntuk disebut sebagai concursus idealis sebagaimana diatur dalam Pasal63 ayat (1) KUHP, oleh karenanya terhadapnya harus berlaku ketentuantentang concursus idealis tersebut, yaitu hanya
perkara Nomor: 154/PID.B/2010/PN.Tbk untuk perbuatan menjualnarkotika, dan;perkara Nomor: 155/PID.B/2010/PN.Tbk untuk perbuatan menjadiperantara jual narkotika;jelas merupakan kekeliruan yang nyata dalam menerapkan hukum pidanamateriil karena bertentangan dengan ketentuan concursius idealissebagaimana diatur dalam Pasal 63 ayat (1) KUHP di atas;Bahwa ternyata kesalahan penerapan hukum yang dilakukan PenuntutUmum dengan mengajukan dua surat dakwaan untuk satu rangkaianperbuatan yang termasuk concursus idealis
Adanya kekhilafan Hakim atau kekeliruan yang nyata dalam penerapanhukum pidana materiil knususnya tentang penerapan ketentuan Pasal 63KUHP tentang concursus idealis atau perbarenaan peraturan,berdasarkan alasanalasan sebagai berikut:Bahwa demikian pula apabila ternyata penuntut umum dan Pengadilanberpendapat bahwa satu rangkaian perbuatan yang dilakukan Pemohondinilai sebagai dua perbuatan yang masingmasing berdiri Sendiri sebagaikejahatan narkotika pun, tidak membenarkan dilakukannya pemisahanpenuntutan
Cahya Sankara, S.H.
Terdakwa:
Abdur Rasid Bin Rifai
953 — 391
pasal yangdijadikan dasar penyusunan dakwaan secara alternatif dalam dakwaan kesatuatau dakwaan kedua sebagaimana yang telah diuraikan di atas, telahmenggabungkan unsurunsur yang diatur dalam ketentuan pidana yangberbeda;Menimbang, bahwa salah satu pertanyaan penting yang harusdiperhatikan sebelum menyusun dan menentukan bentuk surat dakwaanadalah, apakah perbuatan Terdakwa mengandung perbarengan tindak pidanabaik dalam bentuk satu perbuatan yang mengenai lebih dari satu ketentuanpidana (concursus idealis
Setelah itu, barulah menentukan bentuk dakwaanyang tepat dikaitkan dengan perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa;Menimbang, bahwa dengan mengacu kepada rumusan tindak pidanayang dicantumkan dalam dakwaan Penuntut Umum, seolaholah PenuntutHalaman 14 dari 17 Putusan Nomor 49/Pid.B/LH/2019/PN SitUmum menganggap ada perbarengan tindak pidana dalam perkara ini, yaknidalam bentuk concursus idealis, yang mana perbuatan Terdakwa mengenaiketentuan pasal 83 ayat (1) huruf a dan pasal 85 ayat (1).
Kemudian, karenaPenuntut Umum masih ragu mengenai unsur kesengajaan, maka dicarilahalternatif menggunakan ketentuan pasal 83 ayat (2) huruf a yangmencantumkan unsur kelalaian dan digabungkan juga dengan rumusan tindakpidana pasal 85 ayat (1);Menimbang, bahwa jika terjadi concursus idealis sebagaimana diaturdalam pasal 63 KUHP dan Terdakwa dijatuhi pidana, maka ketentuan pidanayang dikenakan adalah salah satu ketentuan pidana, jika ancamannya sama.Sedangkan jika berbeda, maka yang dikenakan adalah
Jikaberpedoman pada ketentuan pasal 63 KUHP, maka dalam perkara iniseharusnya ketentuan pidana pasal 85 ayat (1) yang digunakan, karenamemuat ketentuan pidana pokok yang terberat;Menimbang, bahwa selain asas mengenai ketentuan pidana mana yangseharusnya dipergunakan ketika terjadi concursus idealis, oleh karenarumusan tindak pidana dalam dua ketentuan pidana digabungkan begitu sajadalam satu uraian, maka unsur tindak pidana dalam dua ketentuan pidanatersebut menjadi bercampur.
Terbanding/Terdakwa : KIKI SUHENDRO Alias HENDRO Bin BOIMAN
322 — 254
Oleh karena itu secara normatif Penuntut Umumseharusnya cukup mengenakan satu pasal dakwaan saja untukperbuatan Terdakwa sebab apabila merujuk pada Pasal 63 KitabUndangUndang Hukum Pidana dihubungkan dengan teoriHalaman 7 dari 20 Putusan Nomor 28/PID/2021/PT BNAconcursus idealis sebagaimana diuraikan di atas, maka perbuatanTerdakwa tersebut haruslah dipandang sebagai satu perbuatan saja,meskipun menimbulkan lebih dari satu akibat yang diatur dalamPasal 310 ayat (4) maupun Pasal 310 ayat (2) UndangUndangRepublik
Yahya WHarahap, SHmenjelaskan bahwa apabila penuntut umum menemukanperkaraConcurcus idealis yang seperti itu, harus mencantumkan semua tindakpidana tersebut dalam surat dakwaan dalam bentuk kumulasi.Sekalipun hukuman yang akan dijatuhnkan hanya satu (hukumanyang terberat ancaman hukuman pokoknya), namun setiap ketentuan pasalpidana yang terkena dalam peristiwa itu, harus dicantumkan dalam suratdakwaan.Maka menurut penuntut umum penggunaan bentuk dakwaankumulatif dalam perkara a quo sudah tepat.Keberatan
tepat dan benar oleh karena itupertimbangan tersebut akan diambil alin dan juga menjadi pertimbangan MajelisHakim Pengadilan Tinggi;Menimbang, bahwa namun Penuntut Umum dalam memori bandingnyakeberatan terhadap pertimbangan kumulatif kKedua yang menyatakan Dakwaankumulatif kKedua Penuntut Umum tidak dapat diterima;Menimbang, bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kutacane memberialasan hukum sehingga menyatakan Dakwaan kumulatif kedua Penuntut Umumtidak dapat diterima adalah berdasarkan concursus idealis
perbuatantermasuk dalam beberapa ketentuan pidana, maka hanyalah dikenakan satu sajadari ketentuan itu; jika hukumannya berlainan, maka yang dikenakan ialahketentuan yang terberat hukuman pokoknya;Menimbang, bahwa sementara itu Penuntut Umum dalam keberatannyatelah pula mengemukakan alasan yang mendasarkan pendapat YahyaHarahap,SH dalam bukunya Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP(Penyidikan dan Penuntutan) halaman 411 : menjelaskan bahwa apabilapenuntut umum menemukan perkara Concurcus idealis
271 — 263
memenuhi unsurtindak pidana dalam dakwaan alternatif Kesatu dengan kualifikasi melakukan tindakpidana Kekerasan terhadap anak dengan saksi korban seorang anak yang masihdibawah umur bernama Fihje alias Juni dan dakwaan alternatif kumulatif Ketiga dengankualifikasi melakukan tindak pidana Penganiayaan dengan saksi korban orangdewasa bernama Rian;Menimbang, bahwa namun demikian pengadilan tingkat banding tidaksependapat terhadap perkara aquo diterapkan pasal 63 ayat(1) terkenal dengan ajaranconcorsus idealis
yaitu suatu perbuatan termasuk dalam beberapa ketentuan pidana,maka hanyalah dikenakan satu saja dari ketentuan itu, lebih jelasnya dalam contoh kasusseorang perampok dengan senjata api M16 memberondong korbannya hingga tewas danternyata peluru senjata M16 itu tanpa disadari oleh perampok memakan korban lainnyaakibat peluru nyasar menimbulkan lukaluka bagi korban lain yang sesungguhnya bukansasaran, dalam contoh kasus ini telah terjadi suatu perbuatan yang dapat diterapkanconcorsus idealis ek pasal
Penganiyaanmaka menurut hemat hakim tingkat banding lebih tepat diterapkan ek pasal 65 ayat(1)dalam gabungan dari beberapa perbuatan yang masingmasing harus dipandang sebagaiperbuatan sendirisendiri dan masingmasing menjadi kejahatan yang terancam dengan11hukuman yang sejenis, maka satu hukuman saja yang dijatuhkan, terkenal dengan ajaranconcorsus realis (meerdaadsche samenloop)Menimbang, bahwa dengan pertimbangan hukum tersebut diatas terkait sistempenerapan penjatuhan pidananya jika terjadi berbarengan idealis
55 — 16
anakanak tersebut, kadangkadang ikut bersama dengan Pemohon dan atau denganTermohon;Bahwa kemudian sejak sekitar bulan Juni 2009 rumah tangga Pemohon danTermohon mulai goyah, karena disebabkan antara Pemohon dan Termohonterdapatnya perbedaan atau selisih pendapat, diantaranya Termohon seringmelakukan perilaku atau sikap yang kurang dan bahkan tidak sesuai denganhati nurani atau perasaan Pemohon, seperti Termohon sering tidak mengikutisaran atau nasihat Pemohon, alias Termohon mempunyai karakter idealis
Pemohon tetap akan melanjutkan perkaranya, makaselanjutnya permohonan Pemohon telah dibacakan dalam persidangan yang isinyatetap dipertahankan ;Menimbang, bahwa pemohon mendalilkan rumah tangga sejak November2009 sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan karena Termohonsering melakukan perilaku atau sikap yang kurang dan bahkan tidak sesuai dengan hatinurani atau perasaan Pemohon, seperti Termohon sering tidak mengikuti saran ataunasihat Pemohon, alias Termohon mempunyai karakter idealis
Terbanding/Terdakwa : ROHYATIL WAHYUNI BOURHANY als. YUNI BINTI BOURHANY
215 — 99
, ngakunya idealis padahal kembung tingkat dewa, kasianrasanya ngeliat keadaan ini ngaku idealis rasa baygon kan lucu*;Bahwa atas posting/ Upload status tersebut saksi EDDY GUNAWANmerasa keberatan dan kemudian megadukan hal tersebut ke PolresSumbawa Barat;Bahwa Atas posting/ upload status yang dibuat oleh Terdakwa tersebut,kemudian dapat diakses dan dilihat oleh khalayak umum dan kemudiansaat itu saksi EDDY GUNAWAN yang saat itu menyatakan diri sebagaijurnalis senior menjadi tersinggung karena Terdakwa
228 — 113
Gabungan satu perbuatan (concursus idealis);2. Perbuatan berlanjut (voortgezette handeling);3.
Gabungan beberapa perbuatan (concursus realis);Menimbang, bahwa memperhatikan dakwaan Penuntut Umum yangdisusun dalam bentuk alternatif, maka pada dasarnya dinilai hanya satu perbuatanyang berdiri sendiri yang dinilai telah dilakukan Terdakwa (concursus idealis).Dalam hal ini Majelis Hakim menilai sebaliknya yaitu ada beberapa perbuatanyang berdiri sendiri (concursus realis) yang telah dilakukan Terdakwa yaitupengancaman (335 KUH Pidana), pengrusakan (406 Kuh Pidana), danpenggunaan senjata tajam
WIWIN ERNI MURYANTI, SH.
Terdakwa:
1.BAYU CHRISTYANTO bin JUMARNO
2.MUHAMAD MUTOHAR alias TUM alias JOLODONG bin MUH. RIKNO
381 — 204
Jenisjenis perbarengan dalam KUHP ada 3 (tiga)yakni perbarengan berlanjut/perbuatan berlanjut, concursus idealis danconcursus realis.Perbarengan Berlanjut / Perobuatan BerlanjutPerbarengan berlanjut merupakan gabungan dari beberapa perbuatanyang dilakukan oleh seseorang, namun perbuatan yang satu dengan perbuatanlainnya belum pernah (diselingi) dengan putusan hakim yang mengikat.Perbarengan berlanjut ini berdasarkan pada Pasal 64 ayat (1) KUHP: Jikaantara beberapa perbuatan, meskipun masingmasing
Dalampemberian sanksi pidananya itu menggunakan sistem absorbsi, maksudnyahanya dikenakan satu aturan pidana terberat, dan bilamana berbedabedamaka, dikenakan ketentuan yang memuat pidana pokok yang terberat.Concursus IdealisConcursus idealis ini adalah dalam satu tindak pidana melanggar duaatau lebih aturan pidana.
Concursus idealis ini diatur dalam Pasal 63 KUHP.Dalam Pasal 1 dikatakan: Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satuaturan pidana, maka yang dikenakan hanya salah satu di antara aturanaturanitu; jika berbedabeda, yang dikenakan yang memuat ancaman pidana pokokyang paling berat Concursus idealis bisa dikenakan kepada seseorang, apabilaorang tersebut melakukan satu tindak pidana, tetapi dengan melakukan satutindak pidana itu, ia memenuhi rumusan dari beberapa ketentuan pidana(perbarengan peraturan
474 — 442 — Berkekuatan Hukum Tetap
VI, adalahsebagai berikut :e Concursus Idealis (Pasal 63 KUHP);e Concursus Berlanjut (Pasal 64 KUHP);e Concursus Realis (Pasal 65 71 KUHP); KUHP mengatur perbarengan tindak pidana dalam Bab. VI Pasal 63 71. Dalam rumusan pasal maupun Bab. IX, KUHP tidak memberikan16definisi perbarengan tindak pidana (Concursus).
Namun, dari rumusanpasalpasalnya dapat diperoleh pengertian dan sistem pemberianpidana bagi concursus sebagai berikut :Concursus Idealis.Pengertian dari concursus idealis adalah suatu perbuatan yangmasuk ke dalam banyak (lebih dari satu) aturan pidana;Sistem pemberian pidana dalam concursus idealis adalah Absorbsi,yaitu hanya dikenakan pidana pokok yang terberat, Contoh :Terjadi pemerkosaan di jalan umum, maka pelaku dapat diancamdengan pidana penjara 12 (dua belas) tahun menurut Pasal 285,dan pidana
358 — 326
perdamaian antara terdakwa, korban dan keluarganyaMenimbang, bahwa tentang barang bukti akan diperlakukanmenurut hukum;Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa terbukti bersalah melalukatindak pidana, maka dibebani membayar biaya perkara;Menimbang, bahwa sebelum menutup putusan ini, Majelis perluuntuk memberikan pandangan tentang peristiwa aquo dalam perkara ini;Menimbang, bahwa teori pemidanaan yang diterapkan dalam systemHukum Indonesia, dikenal dengan adanya sistem Concursus Realis danConcursus Idealis
Sepatutnya,peristiwa pidana tersebut diakumulasi secara adil dengan menggabungkansemua ketentuan yang dilanggar tersebut dalam satu persidangan, sehinggapersidangan dapat memenuhi asas peradilan cepat, sederhana dan biayaringan, dengan cara menerapkan concursus idealis dengan sistempemidanaan absorpsi dipertajam;Mengingat Pasal 29 jo. Pasal 4 ayat (1) Undangundang Nomor 44Tahun 2008 tentang Pornografi dan perundangundangan lainnya yangberkaitan;MENGADILI1.
27 — 5
Bahwa kemudian selama 14 (empat belas) tahun lamanyakeadaan rumah tangga Pemohon dan Termohon mulaigoyah, yaitu sering terjadi perselisihan dan pertengkaranyang disebabkan oleh karena Termohon mempunyai sifatatau karakter yang idealis dan egois, seperti Termohonsering melakukan perlawanan kepada Pemohon bilamanadiberikan saran atau nasehat oleh Pemohon.4.
AGUNG NUGROHO, SH.
Terdakwa:
YETTY YENLINDAWATI S.Sos., M.Si.Alias YETY Binti Alm AMIRUDDIN AZIS
180 — 66
Concursus Idealis (eendaadsche samen loop) concursus Idealis terjadiapabila seseorang melakukan satu perbuatan dan ternyata satu perbuatantersebut melanggar beberapa ketentuan hukum pidana.
dari norma pidana itu, jika hukumannyaberlainan, yang dipakai adalah norma pidana yang diancam pidana yangterberat.Dalam hal pembarengan peraturan dengan rumusan di atas yang menjadipersoalan besar bukan sistem penjatuhan pidananya sebagaimana dalamkalimat dari pasal 63, tetapi persoalan mengenai suatu perbuatan (een feit),dan hal ini juga terdapat dan sejalan dengan arti perbuatan pada Pasal 76mengenai asas ne bis in idem dalam hukum pidana.Sistem pemberian pidana yang dipakai dalam concursus idealis
Syarat terjadinya concursus idealis adalah adanyaorang yang melakukan satu perbuatan (feit) dan memenuhi lebih dari saturumusan delik.2. Perbuatan berlanjut (voortgezette handeling) Perbuatan berlanjutterjadi apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan (kejahatan ataupelanggaran), dan perbuatanperbuatan itu ada hubungan sedemikian rupasehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut.
1087 — 612
GprBahwa terhadap syarat yang kedua yaitu perbuatan yang didakwakan(untuk kedua kalinya) adalah sama dengan yang didakwakan kepadapelaku dalam perkara sebelumnya, dijabarkan bahwa untuk memaknai artikata perbuatan atau feit haruslah memandang feit sebagai tindakan yangsesual dengan kenyataan (maiteriil feit), sehingga apabila kita hubungkandengan asas concursus idealis sebagaimana terurai dalam pasal 63 KUHPataupun asas concursus realis sebagaimana terurai dalam pasal 6566KUHP tidak didapatkan suatu
makna yang serupa tentang perbuatan ataufeit sebagaimana dimaksud dalam pasal 76 ayat (1) KUHP, oleh karenaasas concursus idealis mengatur tentang suatu perbuatan terkena oleh lebihdari suatu ketentuan hukum pidana, sedangkan concursus realis mengaturtentang suatu perbuatan yang mencakup lebih dari satu tindak pidana.Bahwa perbuatan kami terdakwa sebagaimana diuraikan dalam dakwaanperkara Nomor 370/Pid.B/2017/PN.
Bahwa terhadap syarat yang kedua yaitu perbuatan yang didakwakan (untukkedua kalinya) adalah sama dengan yang didakwakan kepada pelaku dalamperkara sebelumnya, Majelis mempertimbangkannya dengan terlebih dahulumemaknai arti kata perbuatan atau feit tersebut.Bahwa untuk memaknai arti kata perbuatan atau fe/t haruslah di hubungkandengan asas concursus baik itu berupa concursus idealis sebagaimanadiuraikan dalam pasal 63 KUHP ataupun asas concursusrealissebagaimana diuraikan dalam pasal 6566 KUHP, dimana
setelah MajelisHakim mencermati dakwaan perkara = aquo, Majelis = Hakimmempertimbangkan terhadap asas concursus idealis yang mengatur tentangsatu perbuatan terkena oleh lebih dari satu ketentuan hukum pidanadipertimbangkan bahwa dalam perkara aquo jelas terurai dalam dakwaanPenuntut Umum No.
1.REZA RIZKI FADILLAH, S.H.
2.RAHMAD HIDAYAT, S.H.
Terdakwa:
SUWARDI Alias WARDI Bin TUNUT
288 — 248
Gabungan satu perbuatan (concursus idealis);2. Perbuatan berlanjut (voortgezette handeling);3.
Gabungan beberapa perbuatan (concursus realis);Menimbang, bahwa memperhatikan dakwaan Penuntut Umum yangdisusun dalam bentuk alternatif, maka pada dasarnya dinilai hanya satu perbuatanyang berdiri sendiri yang dinilai telah dilakukan Terdakwa (concursus idealis).Dalam hal ini Majelis Hakim menilai sebaliknya yaitu ada beberapa perbuatan yangberdiri sendiri (concursus realis) yang telah dilakukan Terdakwa yaitupengancaman (335 KUH Pidana), pengrusakan (406 Kuh Pidana), danpenggunaan senjata tajam
236 — 69 — Berkekuatan Hukum Tetap
Sedang Penggugat adalah orang yangdisiplin dan idealis;Ketika Penggugat tahu kebohongankebohongan baru lainnya, hidup Penggugatseperti tidak ada artinya.
102 — 61
dilihat berkas perkara sebagaimana Surat dakwaan sdr.Penuntut Umum Perkara daftar Nomor 1705/Pid.B/2015/PN Sbymaupun dalam daftar Nomor 2500/Pid.B/2016/PN Sby, bahwamerupakan fakta yang tidak terbantahkan, benar bahwa dalam keduaperkara tersebut adalah menyangkut Perbuatan (feiten) yang sama.Subyek yang sama, Obyek yang sama, Locus delicti yang sama, tempusDelicti yang sama, walaupun didakwa dengan pasal yang berbeda, yangsecara ilmu hukum pidana dikenal dengan Perbarengan Tindak Pidana(Concursus Idealis
212 — 186 — Berkekuatan Hukum Tetap
Bahwa sesuai dengan faktahukum di persidangan kami berpendapat jika perbuatan yang dilakukan olehTerdakwa adalah perbuatan berlanjut (concurcus idealis) ; Bahwa Majelis Hakim baik pada Pengadilan tingkat pertama (PN. Purwodadi)maupun Pengadilan tingkat banding (PT.
Dalam putusan tersebutMajelis Hakim berpendapat jika perobuatan Terdakwa adalah merupakanconcurcus idealis ; Bahwa walaupun Pasal 64 KUHP maupun Pasal 65 KUHP adalah mengenaipemberatan pidana yang akan dijatunkan Judex Facti kepada Terdakwa ataumerupakan penentuan maksimum pidana yang dapat dijatuhkan kepadaTerdakwa namun Judex Facti dalam pertimbanganpertimbangannya kurangmempertimbangkan Pasal 65 KUHP yang dianggap terbukti tersebut ; Bahwa Judex Facti berpendapat Pasal 65 ayat (1) KUHP terbukti
138 — 54 — Berkekuatan Hukum Tetap
CINCIN IDEALIS, 17. DEDE ABDUROHMAN, 18. DEVY JUNIAR AKBAR, 19. DWI SUDARIYANTO, 20. EKO HERMANTO, 21. EKO PRIYANTO, 22. ERNAWAN, 23. FAJAR IMANNUDHIN, 24. FATMAN, 25. FERI BUDIANTO, 26. FITRIA NURYULIADI, 27. FUAD HASAN, 28. GAN GAN ANWARI, 29. HAMDAN ABDUL RAHMAN, 30. HARI SUANDANA, 31. HARIES ALFIANSYAH, 32. HARIS NANTO D, 33. HENDI, 34. HENDI MARULI, 35. HENDRA WIJAYA,36. HERU MULIONO,37. JOKO ANDRI WIBOWO, 38. JUNI ABDUL WAKID, 39. JUNI TEGUH SULARTO, 40. KAMAL, 41. KRISTIONO, 42.
RawajamunRT/RW 004/004, Kel/Desa Dayeuh, Kecamatan Cileungsi,Kabupaten Bogor;BENJAMIN SITINJAK, bertempat tinggal di Graha HarapanBlok B 5/6, RT.002/RW.017, Desa/kel Mustika Jaya,Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi, Jawa Barat;BUDI SETIAWAN, bertempat tinggal di Wates, RT/RW016/004, Kel/Desa Jatisawit, Kecamatan Jatiyoso, KabupatenKarang Anyar;BUDHI YANUARTO WIBOWO, bertempat tinggal di DsnKrajan, RT/RW 006/003, Desa/Kel Mentoro, KecamatanPacitan, Kab/kota Pacitan;CINCIN IDEALIS, bertempat tinggal
CINCIN IDEALIS, 17. DEDE ABDUROHMAN, 18. DEVY JUNIARAKBAR, 19. DWI SUDARIYANTO, 20. EKO HERMANTO, 21. EKOPRIYANTO, 22. ERNAWAN, 23. FAJAR IMANNUDHIN, 24.FATMAN, 25. FERI BUDIANTO, 26. FITRIA NURYULIADI, 27. FUADHASAN, 28. GAN GAN ANWARI, 29. HAMDAN ABDUL RAHMAN,30. HARI SUANDANA, 31. HARIES ALFIANSYAH, 32. HARISNANTO D, 33. HENDI, 34. HENDI MARULI, 35. HENDRAWIJAYA,36. HERU MULIONO,37. JOKO ANDRI WIBOWO, 38. JUNIABDUL WAKID, 39. JUNI TEGUH SULARTO, 40. KAMAL, 41.KRISTIONO, 42.