Ditemukan 148490 data
12 — 5
>d2xuuuk.cJ @9> ~r5 anboo g dxwhe yo, la Is lowJ leArtinya: Menolak mafsadat harus lebih diutamakan dari pada menarikmaslahat, apabila bertentangan antara kemashlahatan dengankerusakan, menolak mafsadat lebih diutamakan;Bahwa kondisi rumah tangga Penggugat sebagaimana diuraikan diatas,dipandang sudah sampai pada tahap perkawinan yang pecah ( brokenmarrige ) sehingga mempertahankan rumah tangga a quo, akan lebihmendatangkan kerugian dan malapetaka yang lebih besar sehinggaandaikata pun masih ada kebaikan
yang bisa diharapkan timbul denganmempertahankan perkawinan, namun kerusakan jauh lebih besar, makamenghindarkan kerusakan yang lebih besar jauh lebih didahulukan darimendambakan ~ kebaikan yang sedikit dengan mempertahankanperkawinan;Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,ternyata rumah tangga Penggugat dengan Tergugat telah terjadiperselisihan dan pertengkaran yang teruS menerus, dengan demikian apayang didalilkan Penggugat sebagaimana maksud penjelasan Pasal 39 ayat(2) UndangUndang
15 — 9
i>d2xuuk.cJ @9> ~r5 anboo g dxwGe yoy la Is lowJ leArtinya: Menolak mafsadat harus lebih diutamakan dari pada menarikmaslahat, apabila bertentangan antara kemashlahatan dengankerusakan, menolak mafsadat lebih diutamakan;Bahwa kondisi rumah tangga Penggugat sebagaimana diuraikan diatas,dipandang sudah sampai pada tahap perkawinan yang pecah ( brokenmarrige ) sehingga mempertahankan rumah tangga a quo, akan lebihmendatangkan kerugian dan malapetaka yang lebih besar sehinggaandaikata pun masih ada kebaikan
yang bisa diharapkan timbul denganmempertahankan perkawinan, namun kerusakan jauh lebih besar, makamenghindarkan kerusakan yang lebih besar jauh lebih didahulukan darimendambakan kebaikan yang sedikit dengan mempertahankanperkawinan;Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,ternyata rumah tangga Penggugat dengan Tergugat telah terjadiperselisinan dan pertengkaran yang teruS menerus, dengan demikian apaHIm. 13 dari 15 hlm.Putusan Nomor 334/Pdt.G/2018/PA.Lpk.yang didalilkan Penggugat
51 — 4
antara Pemohon dan Termohon a quo tetap dipertahankan patutdiduga akan menimbulkan kerusakan/bahaya baik bagi Pemohon maupun bagiTermohon dan atau bahkan bagi keduanya, berkenaan dengan kekhawatirantersebut, Majelis Hakim merujuk kepada kaedah Fighiyah dalam kitab AlAsybah wa alNazhoir, halaman 62. menjadi pendapat Majelis sebagai berikut :dx. yoylsai Isbo .albeodl Ul> yo wel swleoll i>LJULe dxw2oJl e959 025 anbocgArtinya : Mengantisipasi dampak negatif harus diprioritaskan daripadamengharapkan kebaikan
Apabila dalam waktubersamaan terjadi suatu bahaya dengan kebaikan, maka lebihdiperioritaskan menghindar dari suatu bahaya.
14 — 8
Musthafa asSibaiy halaman 100 yang dalam halini diambil alin menjadi pendapat Majelis Hakim dalam memutus perkara iniyang berbunyi: ae = afArtinya: Dan tidak ada kebaikan/manfaat yang dapat diharapkan dalammengumpulkan dua orang yang saling berselisih terlepas darimasalah apakah sebab terjadinya perselisihan itu besar atau kecil,namun kebaikan hanya dapat diterapkan dengan mengakhirikehidupan berumah tangga antara suami isteri ini;Menimbang, bahwa dengan memperhatikan segala rentetan peristiwadan
13 — 8
Dengan demikian Majelis Hakimberpendapat Penggugat dan Tergugat tidak dapat lagi menegakkan rumahtangga sebagaimana maksud Pasal 30 UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974Tentang Perkawinan;Menimbang, bahwa perkawinan adalah sebuah perbuatan yangtermasuk sebagai ibadah, bertujuan mendatangkan kebaikan, bermanfaat bagipribadi yang menjalankannya dan dilakukan untuk meraih kebahagiaan danketentraman lahir batin. Hal tersebut sejalan dengan maksud Pasal 1 UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 Jo.
Berdasarkan haltersebut Majelis Hakim berpendapat tindakan untuk mempertahankanperkawinan Penggugat dan Tergugat adalah sebuah kesiasiaan, akanmenambah beban dan tidak akan mendatangkan kebaikan bagi keduanya baiksecara lahir maupun batin dan pilihan dengan menceraikan Penggugat danTergugat adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah rumah tanggamereka. Hal tersebut sejalan dengan maksud kaidah ushul figh berikut ini:lacs!
11 — 6
No. 00349/Pdt.G/2018/PA.BtmMenimbang, bahwa meskipun perceraian adalah perbuatan yangdibenci Allah SWT. akan tetapi mempertahankan perkawinan dengan kondisitersebut di atas patut diduga akan lebih mendatangkan mafsadat ( keburukan )dari pada mashlahat ( kebaikan ), diantaranya penderitaan batin yangbekepanjangan bagi kedua belah pihak, padahal menolak keburukan harusdidahulukan daripada mengharap kebaikan, sebagaimana kaedah ushul fighyang terdapat dalam kitab AlAsbah Wa AnNazhoir, hal. 62, yang
12 — 10
Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam;Menimbang, bahwa apabila tujuan suatu perkawinan tidak tercapaidan salah satu pihak atau kedua belah pihak telah menyatakan tidak maulagi untuk hidup bersama dan telah memilin untuk bercerai, maka hal inimenjadi petunjuk bahwa tidak ada lagi ikatan batin diantara Pemohon danTermohon, dan apabila pernikahan dalam kondisi seperti itu tetapdipertahankan, patut diduga akan lebih mendatangkan mafsadat (keburukan)daripada mas/ahat (kebaikan), diantaranya timbulnya penderitaan
batin yangberkepanjangan dari kedua belah pihak, oleh karena itu, dalam rangkamenghindari timbulnya penderitaan tersebut, maka menolak keburukan ituharus didahulukan daripada mengharap kebaikan, hal ini sejalan dengansalah satu kaidah fiqhiyyah yang tercantum dalam Kitab alAsbah wa anNazhair yang berbunyi :Artinya: Kemudharatan itu harus dihilangkanMenimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum di atas antara Pemohondan Termohon telah pisah rumah (scheiding van tafel end bed) sejak 2 tahunyang lalu, serta
12 — 10
i>@9> p28 azhoaco g biwe yo, lai I5 loWe srueollArtinya: Menolak mafsadat harus lebih diutamakan dari pada menarikmaslahat, apabila bertentangan antara kemashlahatan dengankerusakan, menolak mafsadat lebih diuttamakan;Bahwa kondisi rumah tangga Penggugat sebagaimana diuraikan diatas,dipandang sudah sampai pada tahap perkawinan yang pecah ( brokenmarrige ) sehingga mempertahankan rumah tangga a quo, akan lebihmendatangkan kerugian dan malapetaka yang lebih besar sehinggaandaikata pun masih ada kebaikan
yang bisa diharapkan timbul, namunkerusakan jauh lebih besar, maka menghindarkan kerusakan yang lebihbesar jauh lebih baik dari mendambakan kebaikan yang sedikit denganmempertahankan perkawinan;Menimbang, bahwa membiarkan rumah tangga Penggugat denganTergugat yang sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang terusmenerus dan sudah tidak saling mengasihi dan menyayangi, apalagiTergugat tidak memberi nafkah Penggugat dan anak Penggugat danTergugat, Tergugat selingkuh dengan wanita lain, Tergugat
12 — 7
Idealnya dengan terpenuhinya hak dan kewajiban, suami istri akanmerasakan nilai kebaikan dalam rumah tangga, sehingga terwujud rumahtangga yang bahagia, kekal, sakinah, mawaddah dan rahmah serta nyaman;Menimbang, bahwa selain itu, Suami istri juga dituntut untuk selalumenjaga keluhuran perkawinan dengan selalu menumbuhkan rasakasihsayang terhadap pasangan, saling memberi dukungan dan bantuan,memahami dan selalu berusaha mengerti terhadap sikap, karakter dan tingkahlaku pasangan, serta tidak mengedepankan
Oleh karena itu Majelis Hakim patut menyatakan rumah tanggaPenggugat dan Tergugat sudah sangat sulit dan tidak ada harapan untukdirukunkan lagi dalam rumah tangga (broken marriage) dan keduanya sudahtidak dapat lagi menegakkan rumah tangga sebagaimana maksud Pasal 30UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan;Menimbang, bahwa perkawinan adalah perintah agama yang bernilaiibadah dan bertujuan untuk menjaga kemaluan, mendatangkan kebaikan, danmeraih kebahagiaan serta ketentraman lahir batin.
24 — 16
tidak dapat menyembunyikan perasaan kebenciannya terhadap Tergugat selakusuaminya, hal ini terlinat dari cara ia berbicara, memandang dan bersikap(merespon) setiap jawaban dari Tergugat, meskipun Majelis Hakim sudahberupaya semaksimal mungkin agar Penggugat tetap mengingat kebaikan kebaikan Tergugat, yang menyebabkan Penggugat jatuh hati dan memilihHal. 10 dari 12 hal. Put.
9 — 7
i>d2xuuk.cJ @9> ~r5 anboo g dxwGe yoy la Is lowJ leArtinya: Menolak mafsadat harus lebih diutamakan dari pada menarikmaslahat, apabila bertentangan antara kemashlahatan dengankerusakan, menolak mafsadat lebih diutamakan;Bahwa kondisi rumah tangga Penggugat sebagaimana diuraikan diatas,dipandang sudah sampai pada tahap perkawinan yang pecah ( brokenmarrige ) sehingga mempertahankan rumah tangga a quo, akan lebihmendatangkan kerugian dan malapetaka yang lebih besar sehinggaandaikata pun masih ada kebaikan
yang bisa diharapkan timbul denganmempertahankan perkawinan, namun kerusakan jauh lebih besar, makamenghindarkan kerusakan yang lebih besar jauh lebih didahulukan darimendambakan kebaikan yang sedikit dengan mempertahankanperkawinan;Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,ternyata rumah tangga Penggugat dengan Tergugat telah terjadiperselisinan dan pertengkaran yang teruS menerus, dengan demikian apaHIm. 13 dari 15 hlm.Putusan Nomor 195/Pdt.G/2018/PA.Lpk.yang didalilkan Penggugat
12 — 5
Dalam situasi seperti ini perceraiandipandang lebih tepat, dengan harapan akan mendatangkan kebaikan(mashlahah) bagi kedua belah pihak dikemudian hari. Oleh karena itu MajelisHakim sependapat dengan pakar hukum Islam Dr.
No. 1055/Pdt.G/201 5/PA.Pbr12namun kebaikan hanya dapat diharapkan dengan mengakhirikehidupan berumah tangga antara suami isteri ini;Menimbang, bahwa yurisprudensi Mahkamah Agung R.I.
12 — 3
lebih dari 2 bulan;Menimbang, bahwa dalam suatu perkawinan apabila salah satupihak telah bersikeras untuk bercerai, hal tersebut merupakan tanda bahwaperkawinan itu telah pecah, bahwa pecahnya rumah tangga antaraPenggugat dengan Tergugat juga dapat dilihnat dari fakta di manaPenggugat sudah tidak lagi berkeinginan bersatu dengan Tergugat, walauTergugat dahulu setidaknya pernah memberikan perhatian kepadaPenggugat, tetapi saat ini hal tersebut seakan akan sesuatu yanghampa (tidak lagi dianggap suatu kebaikan
berpisah dengan Penggugat, namun dengan pertimbanganpertimbangan diatas Majelis Hakim berhak untuk menjatuhkan talak(menceraikan) Penggugat dengan Tergugat, karena Majelis Hakimberpendapat bahwa perceraian merupakan penyelesaian terbaik yangdapat mencegah kerusakan lebih besar bagi Penggugat dan Taergugat, halmana sesuai dengan dalildalil hukum Islam yang selanjutnya diambil alihmenjadi pendapat Majelis Hakim yang artinya sebagai berikut : Menolakkerusakan lebih didahulukan dari pada mengambil kebaikan
Lusy Irawati binti Sugianto
Tergugat:
Ariustito bin Asri Dalijo
20 — 13
retaknya suatu rumah tanggasebagaimana dikemukakan tersebut di atas telah terpenuhi, yaitu terjadinyaperselisihan dan pertengkaran di antara Penggugat dan Tergugat serta tidakadanya lagi harapan dan manfaat (mashlahat) untuk mempertahankan ataumerukunkan keduanya, sebaliknya hanya akan melahirkan penderitaan lahirdan batin kepada Penggugat (mafsadat);Menimbang, bahwa Majelis Hakim dalam hal ini juga berpegang padasalah satu kaidah figh yang mendahulukan untuk menghilangkan mafsadatdari pada mengambil kebaikan
ule GLE prio awlaol s 59Artinya: Menolak mafsadat (yang membahayakan/merusak) lebih didahulukandari pada mengambil maslahat (kebaikan);Menimbang, bahwa berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RINomor 237 K/AG/1998 tanggal 17 Maret 1999 yang menetapkan bahwa:cekcok, hidup berpisah, tidak dalam satu tempat kediaman bersama, salahsatu pihak tidak berniat meneruskan kehidupan bersama dengan pihak lain,merupakan fakta yang cukup sesuai alasan perceraian sebagaimana Pasal 39ayat (2) Undangundang Nomor
11 — 7
Nomor: 320/Pdt.G/201 3/PA.Lpk.Artinya: Menolak mafsadat harus lebih diutamakan dari pada menarikmaslahat, apabila bertentangan antara kemashlahatan dengankerusakan, menolak mafsadat lebih diuttamakan;Bahwa kondisi rumah tangga Penggugat sebagaimana diuraikan diatas,dipandang sudah sampai pada tahap perkawinan yang pecah ( brokenmarrige ) sehingga mempertahankan rumah tangga a quo, akan lebihmendatangkan kerugian dan malapetaka yang lebih besar sehinggaandaikata pun masih ada kebaikan yang bisa diharapkan
timbul, namunkerusakan jauh lebih besar, maka menghindarkan kerusakan yang lebihbesar jauh lebih baik dari mendambakan kebaikan yang sedikit;Menimbang, bahwa membiarkan rumah tangga Penggugat denganTergugat yang sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang terusmenerus dan sudah tidak saling mengasihi dan menyayangi, apalagiTergugat mempunyai kebiasaan sebagai pecandu minuman keras, adalahsatu perbuatan yang sangat tercela dan sangat merusak segala sendikehidupan, baik rumah tangga maupun masyarakat
22 — 11
1aArtinya : "Di saat istri telah memuncak kebenciannya terhadap suami, makahakim berwenang menjatuhkan talak suami.Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, tanpamencari siapa penyebab awal dari kondisi ini, Majelis Hakim berpendapat bahwarumah tangga Penggugat dengan Tergugat telah pecah (broken marriage) dantidak ada harapan akan rukun kembali, serta mempertahankan rumah tanggaseperti demikian adalah siasia belaka karena akan lebih besar mafsadat(keburukan) dari pada mashlahatnya (kebaikan
Sgrmenyatakan bahwa menolak mafsadat lebih utama dari pada mengambilkemaslahatan, sebagaimana tersebut dalam Kitab AlBayan halaman 38 yangoleh Majelis Hakim diambil alih menjadi pendapatnya, berbunyi:Zellcrall Gila cle patie auliall "Menolak kemudharatan lebih utama daripada menarik (mempertahankan)kebaikan".Oleh sebab itu, rumah tangga Penggugat dengan Tergugat tidak mungkindipertahankan lagi karena tidak akan terwujud tujuan rumah tangga yangsakinah, mawaddah, dan rahmah sebagaimana yang diharapkan
16 — 11
Him.Putusan No. 0237/Pdt.G/2018/PA Dp.Termohon benarbenar retak dan sulit untuk dipersatukan kembali untukmembentuk rumahtangga yang harmonis dan menjalankan kewajiban sebagaipasangan suami isteri disebabkan Pemohon dengan Termohon sudah tidaktinggal dalam satu rumah sekitar tahun 2015 yang lalu, meskipun telah adaupaya untuk mendamaikan mereka namun usaha tersebut tidak berhasil.Bahwa seharusnya dalam berumahtangga antara Pemohon dan Termohonbersamasama membentuk mahligai rumahtangganya dengan kebaikan
,kebahagian dan keselamatan baik di dunia maupun akhirat serta menghindarikemudaratan atau kesulitan namun senyatanya rumahtangga Pemohon danTermohon telah dipenuhi rasa kebencian dan kesengsaraan yang lebih besardengan adanya pihak ketiga dalam rumahtangga Pemohon dan Termohondaripada kebaikan dalam rumahtangga mereka sehingga kehidupanrumahtangga Pemohon dengan Termohon tersebut tidaklah sejalansebagaimana maksud pasal 33 dan pasal 34 UndangUndang Nomor 1 Tahun1974 tentang Perkawinan jo. pasal
87 — 10
Bahwa akhirnya Penggugat tidak tahan lagi, kKemudian Penggugatmeyakini, perceraian salah satu jalan terbaik demi kebaikan bersama danmasa depan Penggugat dan Tergugat, serta untuk menghindarikemadlaratan yang lebih besar ;8.
Bahwa Penggugat telah mengupayakan agar perkawinannya denganTergugat tetap harmonis, namun upaya tersebut tidak berhasil, hinggaPenggugat kemudian telah berketetapan hati untuk mengakhiri ikatan suamiistri dengan Tergugat dengan jalan perceraian demi kebaikan bersama danmasa depan Penggugat dan Tergugat, serta untuk menghindarikemadlaratan yang lebih besar ;10.Bahwa menurut Penggugat, Gugatan cerai ini telah memenuhi alasanperceraian, sebagaimana diatur dalam UndangUndang No 1 tahun 1974Junto PP
7 — 6
Penetapan No. 55/Pdt.P/2018/PA.BjrPengadilan Agama sedangkan Pemohon II sudah hamil / hubungan keduanyasudah sedemikian erat dan dikhawatirkan melakukan halhal yang dilarang olehagama maka mempertahankan hubungan tidak dalam sebuah ikatanperkawinan bukanlah kebaikan yang akan didapat, melainkan besarkemungkinan akan menimbulkan kemudhoratan, sesuai dengan Qaidah UshulFigih yang berbunyi :celled!
Qala lc adda duaLaall 4Artinya: Menolak kemudharatan lebih utama daripada menarik(mempertahankan) kebaikan;Maka mengingat pertimbangan tersebut dan pernikahan yang dilakukan secaraagama saat itu adalah benar dan dapat dipertimbangkan dalam perkara a quo;Menimbang, bahwa dari fakta fakta tersebut, maka terbukti pernikahanPemohon dengan Pemohon II telah memenuhi rukun nikah sebagaimana yangterdapat dalam pasal 14 Kompilasi Hukum Islam dan syarat nikah secarasyariat Islam serta perkawinan tersebut tidak
24 — 9
Idealnya dengan terpenuhinya hak dan kewajiban,suami istri akan merasakan nilai kebaikan dalam rumah tangga, sehinggaterwujud rumah tangga yang bahagia, kekal, sakinah, mawaddah dan rahmahserta nyaman;Menimbang, bahwa selain itu, Suami istri juga dituntut untuk selalumenjaga keluhuran perkawinan dengan selalu menumbuhkan rasakasihPutusan Nomor 229/Padt.G/2020/PA.Sgt. halaman 10 dari 14 him.sayang terhadap pasangan, saling memberi dukungan dan bantuan,memahami dan selalu berusaha mengerti terhadap
Oleh karena itu Majelis Hakim patut menyatakan rumah tanggaPemohon dan Termohon sudah sangat sulit dan tidak ada harapan untukdirukunkan lagi dalam rumah tangga (broken marriage) dan keduanya sudahPutusan Nomor 229/Padt.G/2020/PA.Sgt. halaman 11 dari 14 him.tidak dapat lagi menegakkan rumah tangga sebagaimana maksud Pasal 30UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan;Menimbang, bahwa perkawinan adalah perintah agama yang bernilaiibadah dan bertujuan untuk menjaga kemaluan, mendatangkan kebaikan